TPS-TPS telah dibuka di berbagai penjuru Denmark, Selasa (1/11), sewaktu negara itu menyelenggarakan pemilihan umum yang diperkirakan akan mengubah lanskap politik negara Skandinavia itu.
Partai-partai baru berharap untuk masuk parlemen dan partai-partai lainnya mendapati dukungan terhadap mereka menyusut. Partai-partai berhaluan kiri-tengah maupun kanan-tengah diperkirakan tidak akan meraih mayoritas di Parlemen Denmark (Folketing) yang memiliki 179 kursi.
Situasi ini bisa membuat Lokke Rasmussen, mantan perdana menteri yang meninggalkan partainya untuk membuat partai baru tahun ini, dalam posisi sangat menentukan mengingat suaranya dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan baru.
Jajak-jajak pendapat menunjukkan partai baru Rasmussen, Moderaterne, memperoleh suara terbanyak ketiga dan diperkirakan meraih 21 kursi di parlemen.
Lebih dari 4 juta warga Denmark dapat memilih di antara 14 partai yang berpartisipasi dalam pemilu kali ini.
Isu-isu domestik telah mendominasi kampanye, mulai dari pemotongan pajak dan kebutuhan untuk mempekerjakan lebih banyak perawat hingga dukungan finansial bagi Denmark di tengah inflasi dan melonjaknya harga energi karena perang Rusia di Ukraina.
Setidaknya tiga politisi bersaing untuk menjadi perdana menteri. Mereka termasuk Perdana Menteri Mette Frederiksen, yang memimpin Denmark melalui pandemi COVID-19 dan bekerja sama dengan oposisi untuk menaikkan pengeluaran pertahanan Denmark setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Dua lainnya adalah anggota parlemen dari oposisi kanan-tengah, Jakob Ellemann Jensen, pemimpin Liberal, dan Soren Pape Poulsen, pemimpin Konservatif.
Dua partai baru yang berhaluan kanan tengah dan ingin membatasi imigrasi, sedang berusaha untuk masuk parlemen. Mereka ingin mengupayakan aturan migrasi yang lebih ketat tanpa berada di dalam koalisi pemerintahan.
Frederiksen memimpin Partai Sosial Demokrat sejak 2019 ketika ia menggulingkan pemimpin sebelumnya, Lokke Rasmussen. [ab/uh]
Sumber: www.voaindonesia.com